AL-QURAN DAN PENGARUH TERHADAP PENGARUH MANUSIA
Oleh Ustadz Yayat Hidayat, MA. (salah satu pengasuh Pondok Tadribud Du’at Al Madinah)
Muqodimah
Segala puji syukur hanyalah milik Allah subhanahu wata’ala
yang telah melimpahkan begitu banyaknya nikmat kepada seluruh makhluk
di alam semesta ini beserta seisinya. Serta sholawat dan salam semoga
tertp tercurah kepada junjungan Nabi kita, Nabi Muhaammad sholallahu’alahi wassalam. Semua yang akan kita perbuat kelak pada hari akhir akan di mintai pertanggungan jawabnya, termasuk di dalamnya yaitu nikmat yang telah di berikan kepada kita semua. Bahkan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasalam pernah bersabda :
“ Tidak akan beranjak kaki seorang hamba sehingga ia di tanya 4 perkara:
Tentang umurnya bagaimana ia menghabiskannya,
Tentang ilmunya apa yang ia lakukan dengan ilmunya (apa yang telah ia amalkan)
Tentang hartanya dari mana ia peroleh dan bagaimana ia belanjakan,
Dan tentang badannya untuk apa ia gunakan.” (HR. Tirmidzi, Dishahihkan oleh Al-albani dalam sunan Tirmidzi, no. 2417)
Materi kajian
Allah subhanahu wata’ala berfirman, dalam Qur’an surat Az-Zukhruf (43) ayat 1 – 4:
1. Haa Miim.
2. demi kitab (Al Quran) yang menerangkan.
3. Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).
4.
dan Sesungguhnya Al Quran itu dalam Induk Al kitab (Lauh Mahfuzh) di
sisi Kami, adalah benar-benar Tinggi (nilainya) dan Amat banyak
mengandung hikmah.” (Q.S. Az-zukhruf (43): 1-4)
Keterangan :
Pada Ayat pertama ini Allah subhanahu wata’ala berfirman dengan dua huruf, yaitu حم
. Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari
surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam
miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang
menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk
ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan
yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada
pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik
perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk
mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa
Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya
bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w.
semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu. Ayat semacam
ini juga sering disebut dengan huruf muqotto’ah atau huruf
yang terputus- putus. Sehingga ayat ini di karangan para ulama huruf ini
maknanya hanya Allah –lah yang lebih maha Mengetahui.
Kemudian pada ayat kedua, Allah subhanahu wata’ala berfirman yang maknanya kurang lebih : ” Demi kitab (Al Quran) yang menerangkan.”
Pada ayat ini Allah subhanahu wata’ala menjelaskan kepada kita bahwasanya Al-quran itu terang , jelas, dan mudah untuk dipeajari makna-maknanya. Ayat ini juga sekaligus menjadi bantahan bagi orang –orang kafir yang mengatakan bahwa Al-quran itu susah untuk di pelajari maknanya.
Selanjutnya Allah subhanahu wata’ala berfirman :” Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).”
Maka, ketika kita menggali dan medalami ilmu Al-Qur’an maka secara otomatis akan menjadikan kita lurus akalnya, lurus persepsinya , dan lurus cara padangan kita, yang akhirnya kita betul-betul memahami isi Al-Quran yang nantiya menjadikan hidup kita lebih baik. Sehingga ketika kita sudah mempelajari ilmu Al-Quran ini, dapat mendasari akal kita, dan tidak menjadikan pemikiran kita untuk bertolak belakang dengan Al-Quran.
Pada Ayat ini Alah subhanahu wata’ala berfirman:” dan
Sesungguhnya Al Quran itu dalam Induk Al kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi
Kami, adalah benar-benar Tinggi (nilainya) dan Amat banyak mengandung
hikmah.
Pada ayat ini terdapat dua hal yang perlu di perhatikan yaitu:
- Al-Qur’an ini di sisi Allah mempunyai nilai – nilai trandensental yang luar biasanya
- Al-Qur’an ini banyak kandungan-kandungan hikmah sehingga hal itu tercermin pada amalan kita.
Sehingga,
dari ayat terakhir ini, menjadi salah satu alasan bagi kita untuk
sering –sering berinterasaksi dengan Al-Quran, mulai dari membacanya,
sampai juga mempelajarinya, minimal dengan seringnya seeorang
berinteraksi dengan Al-quran akan dapat mempengaruhi diri sendiri,
terlebih dapat mempengaruhi orang lain.
Beberapa cerita hikmah
Kisah Islamnya Tufail Bin ‘Amr Ad-Dausy
Tufail mengisahkan: “ Aku
tiba di Mekkah. Begitu para pemimpin Quraysi melihatku, mereka
mendatangiku dan mereka menyambutku dengan begitu mulia. Dan mereka
memposisikan diriku dengan begitu terhormat.
Lalu
para pemimpin dan pembesar mereka berkata kepadaku: “ Ya, Thufail.
Engkau telah datang ke negri kami. Ada seseorang di sini yang mengaku
bahwa ia adalah seorang nabi yang telah merusak urusan dan
mencerai-berai persatuan serta jamah kami. Kami khawatir ia dapat
mengganggumu dan mengganggu kepemimpnan mu pada kaummu sebagaiman yang
telah terjadi pada diri kami. Maka janganlah engkau berbicara dengannya,
dan janganlah engkau dengar apapun dari pembicaraanya; sebab ia
memiliki ucapan seperti seorang penyihir, yang dapat memisahkan seorang
anak dari ayahnya dan seorang saudara dari saudaranya dan seorang istri
dari suaminya.”
Thufail
berkata: “ Demi Allah, merka terus saja menceritakan kepadaku tentang
keanehan kisah Muhammad. Merka membuat diriku dan kaumku menjadi takut
dengan keajaiban perilaku Muhammad. Sehingga akupun bertekad untuk tidak mendekat kepadanya, dan untuk tidak berbicara atau mendengar apapun darinya.
Saat aku datang ke Masjid untuk berthawaf di Ka’bah, dan mengambil berkah dengan para berhala yang ada di sana sebagaimana kami melakukan haji kepadanya untuk mengagungkan berhala-berhala tadi, akupun menutup telingaku dengan kapas karena khawatir telingaku mendengar sesuatu dari perkataan Muhammad.
Akan tetapi bagitu aku masuk ke dalam Masjid aku mendapati ia sedang berdiri melakukan shalat dekat Ka’bah bukan seperti shalat yang biasa kami lakukan. Ia melakukan ibadah bukan seperti ibadah yang biasa kami kerjakan. Aku senang melihat pemandangan ini. Aku menjadi tercengang dengan ibadah yang dilakukannya. Aku mulai mendekat kepadanya. Sedikit demi sedikit tanpa disengaja sehingga aku begitu dekat dengannya.
Kehendak Allah berbicara lain sehingga ada beberapa ucapannya yang hinggap di telingaku. Aku mendengar pembicaraan yang baik. Dan aku berkata dalam diri sendiri: “Celaka kamu wahai Thufail… engkau adalah seorang yang cerdas dan seorang penyair. Dan engkau dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Lalu apa yang menghalangimu untuk mendengar apa yang diucapkan orang ini… Jika yang dibawa olehnya adalah kebaikan maka akan aku terima, jika itu adalah keburukan maka akan aku tinggalkan.”
Thufail masih mengisahkan: “Kemudian aku masih terdiam sehingga Rasulullah Saw kembali ke rumahnya. Aku mengikuti Beliau dan begitu ia masuk ke dalam rumahnya, akupun turut masuk. Aku berkata: “Ya Muhammad, kaummu telah menceritakanmu kepadaku bahwa kamu begini dan begitu. Demi Allah, mereka terus-menerus membuatku khawatir dari mu sehingga aku menutup kedua telingaku dengan kapas agar aku tidak mendengarkan ucapanmu. Kemudian kehendak Allah berkata lain, sehingga aku mendengar sebagian dari ucapanmu, dan aku mengaggap hal itu adalah baik… maka ceritakanlah urusanmu padaku…!
Beliau menceritakan urusannya kepadaku. Beliu juga membacakan untukku surat Al Ikhlas dan Al Falaq. Demi Allah, aku tidak pernah mendengar sebuah ucapan yang lebih baik daripada ucapan Beliau. Dan aku tidak pernah melihat urusan yang lebih lurus daripada urusannya.
Pada saat itu, aku bentangkan tanganku kepadanya, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dan akupun masuk Islam. (m2t)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !