Tak seperti Jum`at biasanya, Masjid Ulil Albab Kampus Terpadu UII tidak hanya dijadikan sebagai sarana menunaikan Sholat Jum`at bagi masyarakat muslim UII dan sekitarnya. Pasalnya, pada Jum`at (27/4) kali ini Takmir Masjid Ulil Albab Kampus Terpadu bersama Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) UII merangkai Jumatan dengan taushiyah akbar bersama Ustadz Fadlan Garamatan dari Papua. Taushiyah yang diadakan tepat seusai Jumatan ini turut dihadiri oleh Wakil Rektor I UII Nandang Sutrisno, SH, LLM, M.Hum, Ph.D., Direktur DPPAI UII dr. Agus Taufiqurrahman, MKes, dan stafnya beserta seluruh jamaah Jum`at.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor I UII Nandang Sutrisno, SH, LLM, M.Hum, Ph.D. menyambut hangat kehadiran Ust. Fadlan di UII. Menurutnya, pengalaman Ustadz Fadhlan berdakwah di wilayah Papua tentunya akan memberikan banyak pencerahan bagi jamaah. “Keberadaan Ustadz Fadlan ini, membuktikan bahwa dakwah itu bisa dilakukan siapapun, di manapun, bahkan dalam kondisi dan situasi sesulit apapun. Semoga semangat dakwahnya dapat tertular kepada kita semua”harap Nandang.
Berdakwah dengan Sabun
Dalam
taushiyahnya, ustadz yang bernama lengkap M. Zaaf Fadzlan Rabbani Al
Garamatan ini banyak mengungkapkan pengalamannya saat berdakwah di
wilayah Indonesia Timur, Papua. Keadaan masyarakat Papua di daerah
pedalaman yang hidup dalam kondisi terbelakang secara tidak langsung
menjadi tantangan tersendiri bagi Ustadz Garamatan dalam berdakwah.
Dan model dakwah yang digunakan oleh Fadlan berbeda dengan
rekan-rekannya. Apabila para ustad selama ini lebih banyak berdakwah
dalam bentuk majelis taklim, Fadlan justru memilih menggunakan sabun dan
shampoo untuk mengajak masyarakat Papua keluar dari keterbelakangan.
Pihaknya
sangat tidak setuju jika masyarakat Papua dibiarkan tidak
berpendidikan, telanjang, mandi hanya tiga bulan sekali dengan lemak
babi, dan tidur bersama babi. Baginya, perilaku tersebut merupakan
penghinaan.”Sama saja dengan pembunuhan hak asasi manusia” tegasnya.
Untuk
itu, saat berdakwah pertama kali di lembah Waliem, Wamena, alumnus
Universitas Hasanuddin Makassar di bidang ekonomi ini datang membawa
konsep kebersihan sebagian dari iman. Fadlan memulainya dengan
mengajarkan mandi besar kepada salah satu kepala suku. Ternyata ajaran
itu disambut positif oleh sang kepala suku. ”Baginya mandi dengan air,
lalu pakai sabun, dan dibilas lagi dengan air sangat nyaman dan wangi”
jelasnya ringan.
Selain itu, dirinya menyampaikan
kenangannya saat memperkenalkan ibadah sholat bagi masyarakat Wamena.
”Di Irian itu, babi banyak berkeliaran layaknya mobil antri, sehingga
untuk mendirikan sholat harus mendirikan panggung dulu. Saat kami
melakukan sholat, orang-orang pedalaman langsung mengelilingi dan
memperhatikan kami dengan seksama setiap gerakan. Selesai sholat, kami
ditanya mengapa mengangkat tangan, mengapa menyium bumi, mengapa
berucap – ucap, dan lain hal”terangnya. “Maka kami menjelaskan
sedetailnya sesuai pemahaman mereka (masyarakat Wamena)”ujarnya.
Dakwah
seperti ini yang dia gunakan. Mengajarkan kebersihan, dialog dengan
apa yang mereka pahami, pergi ke hutan rimba, dan membuka informasi. Di
setiap daerah yang dikunjungi, Ust.Fadlan selalu bersikap santun.
Shalat di tengah-tengah komunitas `asing' tak pernah ia tinggalkan.
Oleh karenanya, dengan dakwah yang sudah dijalankannya selama 19 tahun
tersebut banyak orang Papua yang masuk Islam. Tercatat 45% warga asli
memeluk agama Islam. Jika ditambah dengan para pendatang, maka pemeluk
Islam sebanyak 65% dari seluruh jiwa yang ada di pulau burung tersebut.
Sumber : Ulilalbab News
Assalamualakum..
BalasHapusDownload videonya kajian Ustadz Fadlan yg ini dimana akh?